Public Beliefs In The Brendung Ritual To Call Rain In Gutomo Village, Karanganyar Kajen District

Penulis

  • Atiyatul Karima UIN K.H. Abdurrahman Wahid Pekalongan
  • Aqila Elita Rahma UIN K.H. Abdurrahman Wahid Pekalongan

DOI:

https://doi.org/10.28918/.v4i1.2313

Kata Kunci:

Belief, Ritual, Brendung

Abstrak

Penelitian ini membahas tentang suatu kepercayaan pada masyarakat Desa Gutomo Kecamatan Karanganyar Kajen yakni ritual brendung untuk memanggil hujan. Penelitian ini merupakan sebuah kajian sosial budaya yang terjadi di masyarakat Desa Gutomo Kecamatan Karanganyar Kajen. Pawang hujan adalah seseorang yang memiliki kelebihan dalam memanggil hujan pada musim kemarau oleh masyarakat Desa Gutomo Kecamatan Karanganyar Kajen hingga saat ini. Selain menjadi sebuah kepercayaan, ritual brendung ini dijadikan sebagai hiburan dan bentuk warisan budaya yang ada. Teori yang digunakan adalah teori sakral dan profan menurut Emile Durkheim. Penelitian ini menggunakan metode etnografi yang menghasilkan data kualitatif deskriptif. Hasil dari penelitian ini adalah ada perubahan kepercayaan masyarakat terhadap ritual brendung. Semula kepercayaan ini diyakini sebagai ritual untuk memanggil hujan dan penuh dengan muatan mistis. Namun meski masih tertanam sebagai warisan budaya ritual ini juga dijadikan sebagai hiburan ketika musim kemarau.

Referensi

Aprilianie, Nuzul. (2016). "The Mystical Value of Brendung Art in Sarwodadi Village, Comal District, Pekalongan Regency". Thesis, Drama, Dance and Music Education Study Program, Semarang State University.

Bryan, Tumer S. (2013). Sociology of Religion. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Dwiyanto, A. (2011). Mengembalikan Kepercayaan Publik Melalui Reformasi Birokrasi. Jakarta: Gramedia.

Fatmawati, L.S.W.A., Chusna, A. Taufiqurrahman, M., (2017). Struktur dan makna dalam ritual memanggil hujan (cowongan) di Banyumas. Jurnal LPPM Unsoed. Vol. 7(17): 1429-1435.

Kamal, Syafril Faizal. (2018). Bentuk dan nilai-nilai yang terkandung dalam tradisi cowongan di Kabupaten Banyumas: kajian budaya. Sutasoma : Jurnal Sastra Jawa, 6(2): 56-62.

Kaplan, David dan Albert A. Manners. (1999). Teori Budaya. Terjemahan Landung Simatupang. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Kurnia, Syntia. (2017). "Public Belief in the Ritual of Moving Rain in Tualang District, Siak Regency". JOM FISIOP 4 (20): 1-15.

Muchtar, Adeng. (2011). Efforts to Understand Diversity and Religion. Bandung: Alfabeta.

Mulyana, Dedi. (2008). Qualitative Research Methods, first edition. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Mulyana, M., & Yogyakarta, N. (2020). Socio-Cultural Context in Wayang Pesisiran ( Coastal Puppets ): Ethnolinguistic Perspective. 13(10), 1483–1498.

Murgiyanto, Sal. (2004). Tradisi dan Inovasi, Jakarta: Wedatama Widyasastra.

Prihatin, Nanik Sri. (2008). Seni Pertunjukan Rakyat Kedu. Yogyakarta: CV. Cendrawasih.

Radam, Noerid H. (2011). People's Religion Evidence. Yogyakarta: Kreasi Wacana.

Setiyaningsih, Agus T., Drakel, Julia K.A., Octaviana, Mely T., Vishnu. (2022). "The Existence of Kejawen Believers in the Midst of Modernization". The Indonesian Journal of Social Studies 6 (2): 79-86.

Suharto, Ben.(1999). Tayub: Pertunjukan dan Ritus Kesuburan. Bandung: MSPI dan artline

Diterbitkan

2024-08-05

Terbitan

Bagian

Artikel